Buku bajakan merupakan buku yang dicetak secara ilegal tanpa memiliki izin baik dari penulis maupun dari penerbit.
Ada banyak pihak yang dirugikan jika Anda membeli buku bajakan, yaitu penulis, editor, proofreader, layouter, desain kover, penerbit, percetakan, dan toko buku. Buku bajakan telah merampas seluruh jerih payah dari awal hingga keuntungan nantinya.
Meski demikian, masih banyak masyarakat kita yang belum mengetahui ciri-ciri buku bajakan sehingga terjebak membelinya karena tergiur harga yang lebih murah.
Lalu bagaimana cara mengetahui ciri-ciri nya? Berikut kami kupas.
1. Harganya murah
Harga murah adalah satu-satunya tawaran menarik dari buku bajakan. Diproduksi secara massal dengan kualitas buruk.
Sebelum memutuskan membelinya, ada baiknya Anda membandingkan harga dengan toko buku lain, atau mudahnya bisa berselancar untuk mengetahui pasaran harganya.
Jangan hanya tergiur dari harganya, ya. Sebab di dalamnya ada hak-hak para pekerja buku yang dikebiri.
2. Bentuknya tidak simetris
Buku bajakan cenderung dicetak asal jadi, dipotong tanpa memperhitungkan presisinya. Alhasil, banyak sisi-sisi buku yang tampak menceng atau tidak sesuai garis potong.
3. Tidak diplastik
Maksudnya tidak dibungkus plastik tipis. Orang-orang percetakan biasa menyebutnya dengan wrapping. Menggunakan wrapping akan meningkat harga produksi, toh fungsinya hanya untuk membungkus buku.
4. Dicetak dengan kertas buram
Tentu Anda mengenal kertas buram. Di tempat fotokopi sangat mudah ditemukan. Mengapa dicetak dengan kertas ini? Sebab harganya jauh lebih murah. Ini bisa memotong ongkos produksi yang cukup. Akan tetapi, kertas jenis ini tidak nyaman untuk membaca dan membuat mata cepat lelah.
Kamu mau, gara-gara memilih harga buku yang lebih murah, matamu menjadi korban? Tentu tidak, dong.
5. Kualitas cetakan buruk
Selain dicetak di kertas jelek, kualitas cetakannya juga tak kalah jeleknya. Buku bajakan dicetak dengan mesin seadanya, baik untuk isi maupun kovernya.
Pada kover, warna cetakan akan cenderung meleset dan tidak beraturan. Sementara untuk isi, biasanya tidak bersih di setiap sisinya, entah ada sisa tinta maupun garis-garis yang tidak jelas. Selain itu, tinta cetakan tidak jelas. Di satu halaman bisa jelas dan mudah dibaca, di halaman lain agak susah dibaca.
6. Tidak ada di toko buku resmi
Toko buku resmi yang dimaksudkan seperti Gramedia, Toga Mas, Gunung Agung, Sosial Agency, dan toko-toko buku lain yang lebih kecil.
Buku bajakan biasanya dijual di toko buku lowakan, kaki lima, bahkan di pameran-pameran buku yang diselenggarakan di kota-kota kecil.
Lalu bagaimana jika membelinya di toko online? Meski agak sulit membedakan, tapi coba kita kupas.
1. Teliti lebih dulu tokonya
Terkadang, toko online terang-terangan mencantumkan bahwa buku-buku yang dijualnya adalah buku bajakan.
Jujur ya, penjualnya? Jujur apaan, orang dia jual buku bajakan yang bisa disebut sebagai pencurian hak-hak pekerja buku. Hayooo…
Jika tidak mencantumkan, biasanya toko bukunya asing.
2. Sebaiknya beli di toko buku berbasis media sosial
Toko buku online yang beneran pasti punya media sosial atau medsos dan berjejaring dengan toko-toko yang lain. Berbeda dengan toko buku berbasis marketplace yang kita tidak tahu asal muasalnya, bahkan kadang alamatnya disembunyikan.
Tapi, tapi… Kalau di marketplace ada diskon bahkan free ongkir. Nah, itulah salah satu jebakan toko buku online di marketplace.
Siasatnya, Anda bisa mencari toko buku berbasis medsos di marketplace. Biasanya sih ada, kalau nggak ada, tanyakan saja sama adminnya.
3. Cek testimoni
Ini berlaku di marketplace. Sama seperti kalau kita mau membeli barang-barang kebutuhan lainnya, testimoni begitu penting untuk pertimbangan pembeli.
Jika ada yang komentar kualitas bukunya seperti yang sudah disebutkan di atas, sebaiknya hindari untuk membeli.
Nah, sekarang sudah tahu kan bedanya? Hindari buku bajakan agar dapur penulis-penulis kita tetap ngebul dan mereka bisa tetap produktif.