Blog

Jumlah Kata dalam Satu Paragraf

Berapa banyak kalimat dalam satu paragraf? Tidak ada ketentuan khusus dalam hal ini. Akan tetapi, dalam penulisan karya ilmiah, biasanya disarankan tiga sampai lima kalimat, atau minimal tiga baris. Apakah ketentuan tersebut sudah paten?

Dalam KBBI, paragraf adalah bagian bab dalam suatu karangan (biasanya mengandung satu ide pokok dan penulisannya dimulai dengan garis baru). Hal ini mengisyaratkan bahwa paragraf paling tidak mengandung dua kalimat: satu kalimat pokok dan satu kalimat penjelas.

Akan tetapi, berbeda dengan penjelasan Windy Ariestanty yang disampaikan kepada Ivan Lanin. Menurutnya, paragraf bisa saja hanya terdiri atas satu kalimat. Uraian bausastra Merriam-Webster tentang paragraf tampaknya berpihak pada Windy, “a subdivision of a written composition that consists of one or more sentences, deals with one point or gives the words of one speaker, and begins on a new usually indented line.”

Satu paragraf terdiri atas minimum satu kalimat dan maksimum tidak terbatas. Penggunaan satu kalimat biasa digunakan dalam penulisan jurnalistik atau di media massa, baik cetak maupun online. Sementara untuk yang tidak terbatas cenderung ditemukan dalam penulisan karya ilmiah.

Inti pokoknya bukan pada teknis berapa banyak jumlah kalimat, melainkan apakah ide pokok dalam tersampaikan dalam satu kalimat? Jika tidak, maka perlu ditambahkan kalimat selanjutnya sebagai penjelas. Penambahan ini kalimat penjelas ini disesuaikan dengan kebutuhan penulis. Akan tetapi, sebaiknya tidak terlalu panjang. Jika terlalu panjang akan cenderung membuat pembaca lelah dan bosan.

Aturan Pemakaian “Tanda Pisah” atau Strip | Ivan Lanin

Menurut Ivan Lanin, dalam ejaan bahasa Inggris ada dua tanda pisah atau strip, yaitu yang pendek (–) dan yang panjang (—). Yang pertama disebut “en dash”, sedangkan yang kedua disebut “em dash”. Tanda pisah atau strip pendek digunakan di antara dua bilangan, tanggal, atau tempat untuk menunjukkan rentang, misalnya 1926–2016, 20 Maret–20 Juni 2020, atau Cicaheum–Ciroyom. Tanda pisah panjang digunakan untuk membatasi penyisipan penjelasan atau keterangan—seperti ini—dalam kalimat.

Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) Edisi Keempat (2016) hanya mencantumkan “tanda pisah” yang fungsinya mencakup fungsi tanda pisah pendek dan tanda pisah panjang seperti yang diuraikan di atas. Bentuk tanda yang digunakan PUEBI seperti tanda pisah panjang (—). Beberapa buku menggunakan istilah “sengkang” sebagai sinonim “tanda pisah”. Jadi, ada “sengkang pendek” dan “sengkang panjang”.

Serpihan-Serpihan Perjalanan Enderiza

Enderiza kecil hidup dikalangan yang berbasis nilai-nilai islami dengan tatanan Hidup yang terpola dan tersistim. Lahir dari lingkungan pesantren karena kakek Kyai Busyairi adalah pendiri pondok pesantren saringan, tukang kayu banyuwangi. Enderiza tumbuh menjadi pribadi yang berpadu padan antara seni dan pesantren, karena abah dan ibunya seorang guru yang memiliki jiwa seni. Yaitu seni pidato, drama, dan teater.

Sejak TK Enderiza sudah tampak bakat seni yang mengalir didirinya, kesukaannya dibidang tari, walau tidak mudah mendapatkan restu eyang kakek karena pemahaman bidang seni dipersepsikan tidak sejalan dengan nilai-nilai yang bersifat rilegius walau akhirnya sang kakek akhirnya mengijinkan tanpa terwakili lewat kata-kata.

Tidak hanya seni tari yang menguat didiri Enderiza, tapi abahnya yang seorang guru agama ternyata memberikan ruang bagi Enderiza untuk ikut bermain drama disalah satu sekolah SMP tempat abahnya mengajar.

Uniknya karena Enderiza kecil masih belum bisa membaca, maka media menghafal dialog ternyata menggunakan suara rekaman di kaset. Setiap dialog-dialog direkam, lewat pendengaran dan ketajaman Ederiza maka dialog-dialog itu merasuk kuat di ingatan bawah sadar yang memiliki potensi 88% kata para ahli. Masa kecil Enderiza yang diwarai dinamika hidup menjadikan empiris atau pengalaman memorinya bisa mewarnai selera seni yang dimiliki.

Menginjak sekolah SD Enderiza memang tidak berprestasi dimata pelajaran tapi kuat menonjol dibidang seni dan pengalaman kecilnya merambah di dunia seni yang bermain seni lawak atau komedi. Beberapa kali guru olah raganya memotivasi dan membina kelompok lawaknya sehingga memberi ruang tampil untuk membuat suasana segar dalam acara setiap acara di sekolah.

“Buatku kegagalan yang sangat menyakitkan adalah ternyata ketika kelompok lawakku tampil setengah jam, satupun tak penonton yang ketawa. Aku sebenarnya berharap satu atau dua penonton bisa ketawa walaupun tawa tersebut adalah tawa  basa basi. Mungkin itulah resiko sehingga tampilan lawak kami serasa basi. Tapi pengalaman mengajarkan agar aku dan kawan- kawan tampil percaya diri dan tanggung jawab atas segala kegagalan adalah sukses yang belum terjadi dan akan terjadi. Pada saat lulus dan masuk di SMP, bakat lawak kelompokku tetap tersalur dan makin berkembang.”

Hingga akhirnya kami juara satu lomba lawak di SMP tersebut.

Setelah peristiwa kompetisi lawak serasa tidak ada yang menarik dalam dinamika hidupku.

Hingga aku putuskan setelah lulus SMP, abah dan Ibu merestui aku untuk hijrah di kota Jember dan memasuki babak baru, selamat datang siswa siswi di Madrasah Aliyah Negri Jember. Di MAN ini lagi-lagi prestasi sekolahku tak kunjung bagus kemungkinan otak kananku terlalu dominan yang mengolah jiwa seniku. Namun aku tak boleh mengkambing hitamkan otak kiriku yang buruk dibidang matematika dan pelajaran lain. Hanya pelajaran menggambar saja yang nilaiku paling unggul itupun selalu menggambar gunung jika mendapat tugas menggambar pemandangan lagi-lagi ini soal mindset, siapapun orangnya disuruh menggambar pemandangan rasanya tidak mantap kalau tidak ada gunung.. hahahaha..

Sekali lagi karena otak kananku terlalu dominan maka ada satu lagi dibidang seni yang membuat musikkalitas ku menjadi sangat sebuah kelompok band alat music yang kupegang adalah keyboard .Kelompok bandku selalu mendapatkan kesempatan pentas dari desa ke desa, dari acara satu keacara lain.

Itupun tema lagu selalu bertema egois. Acara islami atau acara keagamaan tetap kita hibur audience dengan lagu-lagu cadas godbles dan lagu rock lainnya , ternyata jamaah pun kepalanya bergerak mengikuti kerasnya music cadas. Faham gak faham penonton, yang penting lehernya menari ala jaelangkung.

Disinilah Enderiza kecil mendapat ceko’an hidup sehingga makin mendapat sinyal nalurinya untuk mencari kampus yang bisa menyalurkan bakat seninya setelah lulus SMU atau MAN.

Dengan tatapan kosong, berwajah lugu rambut ndeso dengan wajah berbinar-binar mengucapkan kata di dalam hatinya..Selamat datang Yogyakarta…!!!

Dengan dibarengi semangat bertanya kesana kesini akhirnya Enderiza tertambat hatinya di sebuah kampus yang bernama ASDRAFI(Akademi Seni Drama dan Film Indonesia). Dimanakah kampus Asdrafi? Tanyaku kepada seseorang yang duduk di lantai, seseorang tersebut menjawab dengan tawa: hahaha ya dilantai yang kau injak ini!! hahaha. Pucat pasi Enderiza sambil ngeloyor mengucapkan maturnuwun. Kumantapkan hatiku untuk mendaftar sebagai mahasiswa di ASDRAFI. Kulonuwun…. monggo kata seseorang yang menggunakan kacamata tebal yang akhirnya kuketahui beliau bernama Romo Ebnu Chaeri.

ASDRAFI: Akademi seni drama dan film Indonesia nama sangat megah dan spektakuler  namun tidak dibarengi wujud fisik yang ternyata hanya sebuah gedung pendopo yang disekat-sekat menjadi kelas belajar. Oh my god. Bangga aku menjadi Mahasiswa Asdrafi… walau kebanggaan ini tidak serta merta dibarengi dengan menceritakan fisik yang sesungguhnya kepada orang tuaku. Karena beberapa kali orang tuaku hanya aku tunjukkan Kampus Asdrafi sebatas melihat pintu gerbangnya saja tanpa mampu untuk bisa melihat pendopo dan kelas-kelasnya. Apakah ini yang disebut bangga tapi malu… ah wallahualam….

 

Ospek Semi Militer

Aku jalani ospek yang menurutku gila total karena konsep ospeknya cukup ekstrem dengan selalu menciptakan tekanan, presier dan bentakan-bantahan walau kadang kakak panitia dalam mengekspresikan bentakannya bukan karena wibawa yg dimiliki tapi hanya sekedar bentakan warisan dari kakak-kakak seniornya alias para pendahulu. Yang selalu menciptakan hukuman-hukuman yang tidak nalar dan sulit diterima akal sehat. Namun ya itulah. Tak ada pilihan lain kecuali wajib menjalani tanpa boleh mengeluh apalagi melawan. Sedikit melawan bom ledakan amarah bisa-bisa aku terima dari kakak panitia.Dendamku makin kesumat kepada panitia tapi hilang dalam sekejap dendam itu ketika aku menerima pelukan maaf dari kakak-kakak panita sebagai berakhirnya acara ospek hikmah dari itu semua atau  tempaan itu mengajarkan nilai hidup tentang kesabaran,ketabahan,kekuatan dan iklas dalam setiap ujian.Luar biasa pelajaran pertama yang aku terima di kampus  unik dan bersejarah ini.

Akhirnya kujalani hari-hariku sebagai mahasiswa Asdrafi dengan mengikuti alur kehidupan yang mengalir begitu halus yang setiap saat memprovokasi mind setku sehingga yang tadinya aku sangat bercita-cita ingin menjadi pemain film atau sinetron perlahan kupupus dan kuredam sendiri. Karena kapasitas dan tampangku kurang mendapatkan modal yang kurang edeal. Kalau ingin menjadi pemain film tampangnya harus ganteng ganteng sekalian.Kalau jelek jelek sekalian padahal tampangku pas-pasan.Semester demi semester kulalui walau pembayarannya bisa dicicil, kayak kredit panci aja dan aku pernah melalui sebuah proses yang ekstrim dan mengasikkan dengan mengambil keputusan mengontrak sebuah rumah dipantai parangkusumo. hari-hari parangkusumo adalah hari tempaan untuk membangun skill dan mentalku. Teriakan AIUEO adalah teriakan wajib yang bertujuan menantang dan melawan arus angin dan deburan suara ombak untuk memperkuat dan mengolah jiwa dan ragaku. Banyak value hidup yang bisa kupetik dari alam pantai kawah candra dimuka ini, dan aku sering menyebut ini adalah ruang belajar selain dikampus Asdrafi aku selalu menyebutnya sebagai universitas luar biasa yaitu universitas alam semesta fakultas kehidupan jurusan kejadian.

Rektor dan sekaligus pemiliknya adalah Allah sang pencipta alam raya. Inilah sekelumit perjalanan tanpa bermaksud membiografikan diri sendiri. Tapi buatku ini adalah perjalanan awal yang sangat penting untuk menentukan arahku mau kemana?. Hingga akhirnya aku mantap memutuskan fikiran, kreatifitas dan tubuhku untuk seni bahasa tubuh,gerak,imajinasi yang bernama seni PANTOMIM.

Aku begitu sangat terpikat dengan pantomim selain skill itu bagian dari mata kuliah. Yang memotivasi dan membimbingku adalah seorang dosen Asdrafi yang bernama Pak Dedi Ratmoyo beliau banyak mempengaruhi mind setku secara positif dalam mengsikapi hidup dan kesenimanan yang akan aku jalani. Dengan perpaduan seorang kakak, senior dari dosenku mas masrumbara juga beliau seorang maha guru yaitu papi moortri purnomo lengkap rasanya pantomimer yang kusandang memiliki bobot keaktoran mime. Aku bersyukur berproses di yogyakarta yang kata orang bisa diperhitungkan dikancah ngayogyakarta yang notabene sebagai markas besar kesenian terbesar yang mencetak generasi- generasi seniman-seniman hebat.

Seiring terpaan value kehidupan mungkin merasuk cukup kuat dalam hidupku. Yang membongkar bawah sadarku yang buruk. Mampu meluluhkan pemikiran pemikiran yang posif dalam membangun attitude dan character building secara lebih universal.

Ego, sombong, munafik,tak peka lingkungan menggampangkan masalah meremehkan orang lain dan buruh-buruh yang sejenisnya. Dihancur leburkan oleh pembelajaran yang luar biasa lewat Universitas Alam Semesta fakultas kehidupan jurusan kejadian. Sehingga melakukan pribadi yang positip karena bagaimanapun hebatnya seorang seniman tetap harus berperilaku yang wajar selayaknya masyarakat umum yang hidup dalam harmonisasi kehidupan. Tak pernah menyesal aku terjerembab masuk dalam kehidupan seni. Karena disinilah rumahku sebagai ruang ekspresi, jati diri dan eksistensi. Merasa sudah cukup aku mendapatkan ilmu di  Asdrafi. Sehingga aku putuskan hijrah ke Jakarta beberapa kali walau akhirnya menyerah oleh keadaan dan pulang ke Jogja dengan sedih…tapi cepat move on ketika Asdrafi lewat Mas Dedy mempercayakan mengajar pantomime dari sini makin mantap langkahku pantomime sebagai pilihanku. Dengan torehan-torehan karya selalu kutampilkan di ruang seni taman budaya atau kantong-kantong seni. Dan keberadaanku sebagai pantomime makin kuat. Kujalani hari-hari sebagai dosen sangat menyenangkan dan makin member motivasi hidup buatku. Artinya prinsip belajar tanpa henti selalu ku praktikkan dalam proses hidupku. Sehingga aku tertantang untuk mengolah ide mengembangkan kurikulum yang sudah ada. Sehingga mengolah skill pantomime dan mentrasfer ilmu-ilmu pantomime ke mahasiswa itu menjadi lebih terarah dan teratur. Hari-hari mengajar adalah hari-hari yang menyenangkan serasa makin PD karena pengakuan sebagai Dosen mempengaruhi psikologis mentalku.

Dengan pakaian 1 stel yang kupunyai, baju hem yang kumasukkan nggak rapi. Dan hanya untuk mendukung supaya penampilanku standard layaknya pengajar,rambut panjangku yang biasanya ku biarkan kali ini kuikat rapi seklimis-klimisnya. Dengan suara berat ku yang bermaksud menciptakan kewibawaan…. Namun semua itu sia-sia, aku adalah aku, Riza adalah Riza standarisasi yang kukatakan tadi hanya manipulasi dan kamueflase saja, karena apapun yang kukemas secara teknis tapi tidak mampu mendongkrak kendesoanku dan penampilan luguku. Tapi aku optimis…mahasiswaku tak akan memperdulikan aku atas penampilan yang kumiliki. Sehingga aku berberdamai pada diriku sendiri dan tak perlu menyesal….dan segala pilihan penampilan yang ku ambil membawa konsekwensi logis…menyebabkan sulitnya saya untuk akuuntuk  mencari jodoh, karena keanehan penampilan yang kumiliki…tapi aku bersyukur ternyata .Tuhan masih mengirimkanku sesosok wanita yang buru masuk kampus Asdrafi sebagai mahasiswa baruku.Tak membutuhkan waktu lama untuk mendapatkannya karena wanita ini sangat memahami kedesoanku dan keputuskan secara mantap untuk menikahinya wanita yang sedang menjadi istriku. Dia adalah Elly Ernawatie nama populernya adalah Nina Artha dan akhirnya kami bahagia Tuhan memberi karunia berupa karya yang lahir dari .perkawinan kami yaitu  satu anak yang kuberi nama Faiza Fitria.

Pengumuman dan Undangan Peluncuran Buku Kumpulan Puisi HSN 2018 Yogyakarta

Pengumuman dan Undangan Peluncuran Buku Kumpulan Puisi

 

SULUK SANTRI

Kumpulan Puisi 100 Penyair Islam Nusantara

 

Tabik!

Kami sampaikan terima kasih kepada 200 lebih penyair yang telah mengirimkan karyanya sebagai upaya terlibat dalam penyelenggaraan Hari Santri Nasional 2018 untuk wilayah Yogyakarta. Kami tidak mengira antusiasme masyarakat sangat besar. Akan tetapi, sebelumnya telah kami sepakati pembatasan-pembatasan yang tidak memungkinkan untuk menampung seluruh karya puisi yang masuk.

Selanjutnya, kami sampaikan selamat kepada para penyair yang telah lolos seleksi oleh tim kurator. Ada 100 penyair yang puisi dimuat dalam buku Suluk Santri; Kumpulan Puisi 100 Penyair Islam Nusantara.

Nama-nama penyair tersebut adalah:

A Husain Bahril Ulu
Abdul Manaf
Abqoriyyan Yalmak
Ade Marhamah
Ade Riski Rahmawan
Ahmad Radhitya Alam
Ahmad Solehhuddin Al-Ayubi
Ahsanu Taqwim
Aisyah Khoirunnisa
Akhmad Husaini
Alfina Farah
Anjani Daniyil Khoiroh
Annisa Khafidzah
Aprilia Dirgantini
Aridlah Sendy Robikhah
Aufi Maitsa Ifada
Aulia Normalita
A’yat Khalili
Bachtiar Luthfi
Bardikari Jatmiko
Bela Nur Hikmah
Cep Subhan KM
Chamim Kohari
Daviatul Umam
Depi Zahrah Irhamni
Em Hanif Maulana
Endy S Johan
Fadlla Arina Manasikana
Fahad Fajri
Fajrian Andi
Fatimah Choirunnisa’
Gustu Sasih
Hafizhah Nurdini
Hana Sadjidah
Hanif Rizal Hidayat
Hendri Krisdiyanto
Heny Anggreini
Ibna Asnawi
Idlohatud Dilalah
Imam Budiman
Indah Fikriyyati
Inggrid Putri Diandini
Jamal Wakhiddin
Juwita
Kartika
Khatibul Umam
Khusnul Fatimah
Kukuh S. Aji
Larasati Kurniasari
Latif Yoga P
Lela Lerian
Lilik Muntiah
Lulu Karima Kusnaedi
Lu’lu’il Maknun
Muhammad Faizul Kamal
M. Da’i Robbi
M. Hasan Abdilah
Mahfud RD
Maria Ulfa Dwi P
Mazdan Maftukha Assyayuti
Mohamad Alwi
Mohammad Ilyas
Muhamad Arifin
Muhammd Faiz Romadon
Muhammad Hussaini
Muhammad Idham Kholid
Musthafa Rojak
Nafis Satur Rohmah
Nastain Achmad
Niam At-Majha
Ni’am Khurotul Asna
Nur Afifah
Nur Afifi
Nur Laila Zulfa
Parhan Saepul Hikmah
Qhusaila el Mabruroh
Qiey Romdani
Qoni Atu Zahro
Ratna Wulandari
Rendy Jean Satria
M Ridho Muslim G.
Ronaa Nisa’us Sholikhah
Seno Aji Pradana
Seruni Unie
Sherens Devi Saputri
Sulisman
Sulthon Amanulloh
Syarif Hidayatullah
Syifa Khoirul Hafidz
Teguh Pranoto
Trimanto B. Ngaderi
Ubaidah Nurjanah
Umi Khoiriyah
Ummi Ulfatus Syahriyah
Wasis Zagara
Yusuf Haryono
Zahrotul Asma’

Atas terbitnya buku tersebut, kami mengundang para penyair untuk datang pada acara perayaan buku SULUK SANTRI, Kumpulan Puisi 100 Penyair Nusantara pada:

Hari/Tanggal       : Jumat/12 Oktober 2018

Pukul                     : 18.00 – 20.00 WIB

Tempat                : Lapangan Ali Maksum (Venue Utama HSN 2018 Wilayah Yogyakarta)

Perlu diketahui bahwa dalam perayaan buku tersebut, panitia tidak menyediakan akomodasi dan transportasi. Silakan para penyari datang sendiri. Sebagaimana kami janjikan, kami akan mengirimkan 1 eksemplar buku kepada para panyair. Konfirmasi kehadiran dan alamat pengiriman bisa dilakukan dengan menghubungi nomor panitia 0823-1311-4844.

Demikian pengumuman dan undangan ini kami sampaikan.

 

Salam.

Panitia Divisi Sastra HSN 2018 Yogyakarta.

 

 

 

Fungsi dan Peran Editor

Fungsi dan Peran Editor

“Tolong edit konten tulisan saya. Ganti semua yang mau diganti, ganti alurnya, penokohannya, latarnya.” Mendapatkan pesan begitu, editor bingung.

Penulis sadar bahwa peran editor sangatlah penting. Tetapi tidak semua penulis memahami (batas wialayah) kerja editor. Dalam pesan di atas, penulis meminta editor untuk menulis ulang, bukan mengedit. Lalu apa saja tugas dan peran editor? Eja Bahasa merumuskan kerja editor sebagai berikut.

  1. Me-review naskah

Editor merupakan pembaca kritis pertama bagi naskah Anda. Bisa jadi Anda telah menyerahkan naskah kepada teman-teman terdekat untuk mendapatkan masukan, akan tetapi mereka bukanlah orang yang harus bersikap kritis. Berbeda dengan editor yang memang membekali diri dengan sikap kritis dan melihat celah-celah yang terdapat pada naskah Anda. Bukan untuk mencari-cari kesalahan penulis, melainkan untuk memperbaikinya jika memang terdapat kesalahan.

Dari review yang dilakukan editor, maka tampaklah beberapa persoalan dalam naskah, baik dari sisi konten maupun teknis.

  1. Memberi masukan kepada penulis

Setelah terpetakan masalah-masalah yang terdapat dalam naskah, editor memberikan catatan sebagai masukan kepada penulis. Jika bukan suatu hal yang substansial, editor bisa langsung mengubahnya. Namun jika hal itu dapat mengubah substansi, maka editor hanya berhak memberikan saran.

  1. Menyampaikan maksud penulis

Dalam beberapa kasus, penulis kesulitan menyampaikan maksud atau pesannya kepada pembaca, sehingga bahasa yang digunakan cenderung belepotan dan sulit dipahami. Hal ini berhubungan dengan tata bahasa, penggunaan diksi, tanda baca, salah ketik, ejaan, dan logika cerita.

Tidak semua penulis memahami tata bahasa. Beberapa penulis bahkan beranggapan bahwa tugasnya hanya menulis. Untuk menata penggunaan bahasa diserahkan kepada editor. Apakah hal ini baik? Baik jika Anda hanya ingin menulis, namun sebaiknya penulis memahami tata bahasa Indonesia dengan baik.

Tidak semua penulis dapat menggunakan diksi dengan tepat. Beberapa penulis menginginkan adanya dinamika diksi dalam karyanya, tidak lurus-lurus saja, atau perlu bunga-bunga diksi. Akan tetapi ia justru terjebak dalam penggunaan diksi yang cenderung melenceng.

Tidak semua penulis memahami penggunaan tanda baca. Jika Anda sebagai penulis, lihatlah tulisan Anda, apakah dalam satu paragraf hanya ada satu titik di akhir paragraf? Itu satu contohnya. Banyak penulis yang demikian. Untuk lebih efektif, gunakan titik pada satu kalimat, bukan satu paragraf. Secara teknis, gunakan titik pada satu kali tarikan napas orang membaca. Satu kalimat dibaca dalam satu tarikan napas. Pun demikian dengan penggunaan tanda baca lainnya, penulis harus memahami kapan koma digunakan, tanpa petik, tanda tanya, tanda seru, dan lain sebagainya.

Tidak ada seorang pun yang menulis tanpa salah ketik. Di sinilah editor berperan untuk mengubah salah ketik, meski secara umum hal ini menjadi tugas proofreader. Namun ketika melihat ada salah ketik, editor harus bersedia membenarkannya. Selebihnya menjadi tanggung jawab proofreader.

Tidak semua penulis update tentang ejaan dalam PU EBI. Perubahan-perubahan yang terjadi terkait ejaan tidak pernah dipublikasi secara luas, sehingga kitalah yang harus aktif mencari tahu. Seorang editor wajib selau update.

Terkadang, karena memikirkan banyak hal dalam bukunya bahkan sampai penerbitan dan distribusinya, seorang penulis luput pada logika cerita. Atau ketika menulis hal-hal yang sebenarnya tidak dikuasai, penulis luput akan logika peristiwanya. Nah, editor wajib memberi catatan.

  1. Negosiator

Fungsi dan peran utama seorang editor adalah negosiator. Artinya, poin 1, 2 , dan 3 di atas merupakan masukan dari editor kepada penulis. Jika penulis menolak, editor harus legowo menerimanya. Sebab, apa yang disampaikan editor adalah demi kebaikan naskah dan penulisnya sendiri, namun terkadang penulis memiliki pegangan dan ediologi yang tak tergoyahkan.

  1. Editor tidak menulis ulang

Pesan paling awal dalam tulisan ini mengandung maksud bahwa editor diminta untuk mengubah naskah, editor diminta menulis ulang. Jika editor melakukannya, ia melanggar batas wilayah kerjanya. Editor memberikan masukan, dan jika diterima penulis, maka penulislah yang wajib mengubahnya. Jika editor yang mengubah dan menuliskannya kembali, maka naskah tersebut bisa kita sebut sebagai karya editor, bukan karya penulis.

Mengapa Harus Menerbitkan Buku?

Mengapa Harus Menerbitkan Buku?

Buku adalah prasasti

Jika dulu ada pepatah “manusia mati meninggalkan nama”, kini tak berlaku lagi. “Manusia mati meninggalkan karya” adalah pepatah yang harus disematkan pada generasi sekarang. Bagaimana tidak, di era kreatif ini, orang ketinggalan bukan karena pendidikan, latar belakang, dan lain sebagianya, melainkan orang yang tidak memiliki karya.

Kemampuan seseorang tak lagi sepenuhnya diukur melalui pendidikannya, melainkan sejauh mana ia dapat berkarya dan berguna bagi masyarakat. Ini poin yang menjadi pertimbangan jika Anda melamar pekerjaan di berbagai instansi.

Dalam hal ini, karya yang dimaksud adalah karya tulis. Era internet memang menyediakan ruang bagi siapa saja untuk menulis dan mempublikasikan karyanya. Namun di luar itu, buku cetak masih menjadi primadona. Sebab, tidak semua orang yang menulis di internet dapat menerbitkan bukunya, terutama dengan legalitas beromor internasional atau ISBN.

Dengan memiliki buku cetak, Anda akan lebih mudah dikenal oleh orang dan menjadi bukti bahwa Anda memiliki prasasti sebagai tonggak karya Anda.

 

Buku adalah media penyebaran pemikiran

Apa yang dituangkan ke dalam buku adalah buah pikiran Anda. Dengan demikian, Anda melakukan kegiatan literasi dengan menyebarkan hasil pemikiran Anda sebagai manusia yang kreatif dan intelektual.

Pemikiran yang Anda sampaikan kepada pembaca bisa jadi mempengaruhi mereka dan Anda dapat menjadi seseorang yang dikenal atau dikenang sebagai seorang “guru”, intelektual, dan penebar semangat.

 

Menerbitkan buku itu tidak sulit

Nah, sekarang tinggal bertanya pada diri sendiri? Apakah bersedia menulis dan menerbitkan karya Anda dalam bentuk buku? Jika sudah memiliki karya, silakan konsultasikan kepada kami. Dengan senang hati, kami akan membantu Anda.

Siasat Jika Kesulitan Menulis

Siapa pun pernah mengalami kesulitan dalam menuangkan gagasan dalam bentuk tulisan. Hal itu berhubungan dengan berbagai macam masalah dalam hal. Apa saja masalah-masalah dalam menulis? Baca di sini.

Setiap masalah pasti memiliki solusinya. Jadi, jangan khawatir jika suatu saat kamu kesulitan dalam menulis. Tidak kamu saja kok, yang mengalaminya. Hampir semua penulis pernah mengalaminya. Setiap solusi tentu tidak bisa diterapkan pada semua penulis, namun secara garis besar, Eja Bahasa telah merangkumnya berdasarkan pengalaman kami menghadapi penulis. Simak berikut ini.

  • Kuatkan niat

Niat menjadi patokan awal. Jika kita sudah berniat , maka kita perlu menguatkannya lagi ketika sedang menghadapi berbagai masalah dalam penulis. Seperti halnya jika sedang bekerja, tentu saja akan banyak godaan dan ujian. Entah itu malas, tidak bergairah, dan lain sebagainya. Tinggal kita menguatkan lagi tujuan kita dalam bekerja bahwa ada yang harus dinafkahi dan ada yang menunggui hasil kerja kita.

Begitu pula dengan menulis. Niat akan menuntun kita untuk menyelesaikan tulisan. Setiap kali ada gangguan, kita akan kembali. Setiap kali ada godaan, kita akan kembali.

  • Baca, baca, baca, menulis

Tiga kali baca, sekali menulis. Itu adalah rumus bagi seorang penulis. Maksudnya adalah bahwa dalam menulis ada serangkaian proses membaca yang tidak bisa dihindari. Penulis yang tidak berangkat dari pengalaman membaca hanya akan menghasilkan alur saja, sepi dari muatan intelektual dan mudah dilupakan.

  • Hindari tema yang tidak Anda ketahui

Ya, untuk apa menulis hal yang tidak kita ketahui? Bukannya menghasilkan tulisan yang bagus, justru kita akan berbohong kepada pembaca. Berhobong tentang apa yang tidak kita ketahui, sementara kita berpura-pura tahu dengan menuliskannya. Lebih baik kita tuangkan tentang apa saja yang dekat dengan kita. Dengan begitu, kita akan mudah menemukan referensi dan tidak kehabisan ide.

  • Menyusun pertanyaan

Menyusun pertanyaan adalah teknik menulis yang sangat membantu. Susunlah puluhan atau bahkan ratusan pertanyaan dengan jawaban esai. Hindari jawaban ya atau tidak. Jika Anda menyusun 100 pertanyaan, dan setiap pertanyaan membutuhkan satu lembar jawaban, maka Anda telah menulis 100 halaman.

  • Bergaul

Penulis yang tidak mau bergaul atau menutup diri cenderung menulis dengan monoton. Dengan bergaul menghadiri bedah buku, diskusi, seminar, dan lain sebagainya, mampu mendorong kita untuk menghasilkan ide-ide yang relatif cemerlang.

Mudah, kan? Ya, menulis itu mudah jika kita tahu cara dan siasatnya. Tapi akan sulit jika kita tidak mengetahuinya. Bersyukurlah karena Anda telah membaca tulisan ini. Akan tetapi, jika kami masih merasa kesulitan, Eja Bahasa bersedia membantumu. Silakan kontak kami.

Apa yang Sebaiknya Kita Tulis?

Apa yang Sebaiknya Kita Tulis?

Pengin menulis tapi bingung apa yang harus ditulis? Ya, tidak kamu saja yang mengalaminya. Banyak orang juga mengalami hal yang sama.

Begitu luasnya dunia, begitu banyaknya persoalan, begitu banyaknya perselisihan, ternyata tak mampu menggerakkan kita untuk menuliskannya. Kenapa demikian? Eja Bahasa telah merangkumnya berdasarkan pengalaman kami menghadapi penulis. Simak berikut ini.

  • Menggelisahkan

Tidak semua hal menggelisahkan bagi seseorang. Kegelisahan satu orang dengan orang lain tentu berbeda. Maksud menggelisahkan di sini bukan sesuatu yang berat-berat, melainkan bisa hal-hal yang terkecil sekalipun. Kegelisahan itu biasanya berupa pertanyaan-pertanyaan. Mengapa terjadi gempa? Mengapa jatuh cinta? Mengapa berpisah? Mengapa terjadi perselisihan? Mengapa? Dan mengapa? Susunan pertanyaan itu akan membantu kita merumuskan apa yang sebaiknya kita tulis.

  • Aktual

Aktual berarti objek yang akan kita tulis dibutuhkan orang lain. Maksudnya, orang lain membutuhkan informasi tentang apa yang akan kita tulis. Dengan demikian, kita sudah akan menentukan siapa yang akan membaca tulisan kita. Misalnya, tema yang akan kita tulis adalah berupa informasi-informasi yang perlu diketahui remaja, berarti kita sedang membidik pembaca remaja.

  • Urgensi

Apa sih perlunya kita menulis tema itu? Apakah penting untuk diketahui pembaca? Nah, pertanyaan itu harus bisa dijawab. Kalau memang dirasa penting, maka jangan ragu untuk segera menuliskannya. Kalau tema itu tidak penting, yuk, cari tema yang lain. Jangan terlalu dipaksakan menulis tema tertentu padahal tidak penting, nanti siapa yang akan membaca karya kita?

Tiga hal di atas wajib diketahui oleh penulis. Dari ketiganya kita akan tahu apakah karya kita dibutuhkan oleh masyarakat. Jika tidak dibutuhkan, karya kita akan lenyap dari ingatan pembaca.

Akan tetapi, jika kami masih merasa kesulitan, Eja Bahasa bersedia membantumu. Silakan kontak kami.

Masalah – Masalah yang Dihadapi Penulis

Masalah-Masalah yang Dihadapi Penulis

Profesi apa pun selalu ada hambatan atau masalah yang akan menyertainya. Masalah itu hadir bukan untuk melemahkan kita, melainkan untuk menguji sekuat dan segigih apa kita di bidang tersebut. Hadirnya masalah juga tidak seharusnya menjadikan kita mengeluh, melainkan tetap berusaha untuk menyelesaikannya.

Hal yang menyedihkan adalah jika kita tidak tahu, apa sebenarnya masalah kita. Sebab, ketidaktahuan akan masalah yang dihadapi akan menjerumuskan kita pada masalah-masalah baru. Untuk itu, dalam teori problem solving, memetakan masalah adalah pelajaran pertama.

Nah, apa saja masalah yang dihadapi oleh penulis, utamanya penulis pemula? Eja Bahasa telah menganalisisnya berdasarkan pengalaman kami menghadapi banyak penulis. Simak penjelasna Eja Bahasa berikut ini.

  • Tidak fokus

Penulis cenderung tidak fokus pada tema yang ingin ditulisnya. Tak heran jika ia kerap beralih tema. Kadang kala, ia merasa bahwa tema yang ia tulis tidak menarik, lalu di saat yang berbeda menemukan tema baru. Ia pun ingin beralih ke tema yang baru saja ditemukan itu. Hal ini tidaklah dibenarkan dalam menulis. Mustinya, penulis menekuni tema yang akan digarap secara terus-menerus, menggali lebih dalam, merenungkan lebih jauh. Ibaratnya, Anda sudah memiliki pasangan, tetapi ketika keluar rumah, Anda menemukan orang yang lebih ideal daripada pasangan Anda. Apakah Anda akan berpaling padanya?

  • Tidak tahu mau nulis apa?

Ini adalah bagian memprihatinkan dari seorang penulis. Masa penulis bingung mau menulis apa? Tapi kenyataannya, hal ini terjadi. Ada banyak faktor, salah satunya adalah tidak memiliki pengalaman membaca, menonton, merenung, diskusi, bergaul, dan lain sebagainya. Singkatnya, penulis jenis ini tidak banyak melakukan interaksi dengan dunia di luar dirinya.

  • Kurang referensi

Kekayaan tulisan kita terdapat pada referensi yang kita baca. Semakin banyak referensi yang kita punya, semakin kaya pula tulisan kita. Sayangnya, kebanyakan penulis abai pada hal ini. Kerja menulis diselesaikan dengan menulis, padahal di belakangnya ada proses yang harus dilalui, yaitu memperbanyak referensi.

  • Terlalu banyak yang disampaikan

Tidak fokus pada satu tema membuat penulis ingin menyampaikan semua hal yang diketahuinya. Bukan menambah tulisan lebih bagus, melaikan semakin menjauh dari tema yang diharapkan. Apa yang disampaikan cenderung ngelantur tidak jelas juntrungannya.

  • Terjebak detail yang tidak penting

Kasus ini biasa terjadi pada penulis fiksi. Penulis bermaksud mendeskripsikan latar dengan jelas, tetapi terjebak pada detail. Alhasil, detail latar menjadi sangat panjang padahal tidak hal itu penting. Setelahnya, penulis sudah kehabisan ide dan tenaga untuk melanjutkan pada peristiwa dan pesan yang ingin disampaikan.

  • Stagnan (writer’s block)

Bagian ini akan menjadi pembahasan sendiri di laman ejabahasa.com ini. Banyak sebab yang mempengaruhi dan banyak pula solusinya. Namun secara garis besar, writers block berarti kondisi penulis sedang stagnan, tak bisa meneruskan tulisannya. Oleh sebab itu, penulis harus mengatur tulisan dan idenya. Salah satunya adalah dengan membuat draf atau outline yang akan ditulis.

  • Miskin perbendaharaan kata

Pernah membaca buku yang kata dalam kalimatnya selalu diulang-ulang? Nah, itulah kondisi penulis miskin perbendahaan kata. Bukan berarti Anda harus menghafalkan kata-kata dalam kamus, melainkan perbanyak membaca dan latihan menulis. Cobalah dengan mengubah-ubah bentuk kalimat yang sudah jadi tanpa mengubah esensinya.

  • Tidak percaya diri

Sudah menulis panjang, tetapi masuh ragu untuk mempublikasikannya. Itu tandanya Anda dalam konsisi tidak percaya diri. Seorang penulis wajib memiliki sifat percaya diri. Hanya dengan sifat itulah ia akan berhasil sebagai penulis. Ada pula, penulis yang takut mempublikasikan karyanya karena khawatir mendapatkan kritikan tajam dari pembaca. Kita perlu mengingat bahwa kritikan merupakan apresiasi pembaca kepada penulis agar lebih meningkatkan karyanya.

  • Puas dalam sekali menulis

Pernah merasa, begitu selesai menulis langsung merasa puas karena berhasil menyelesaikan tulisan? Kondisi ini tidak baik bagi Anda. Lalu apa tidak merasa puas? Ya, jangan. Lega boleh, tapi jangan merasa puas. Lega karena buah pikiran sudah dituangkan. Penulis yang merasa puas cenderung tidak mau melihat tulisannya kembali. Padahal, mungkin saja banyak kesalahan.

  • Menggurui

Menggurui adalah bentuk tulisan yang perlu kita hindari. Cenderung menyalah-salahkan, kalimat perintah, justifikasi, merupakan bagian dari bentuk tulisan menggurui. Penulis yang demikian menganggap pembaca tidak tahu apa-apa.

  • Tidak jujur

Kasus ini biasanya terjadi pada referensi. Penulis merasa tidak perlu mencantumkan referensi padahal apa yang ditulisnya merupakan karya pemikiran orang lain. Penulisan referensi bukan menandakan bahwa kita bodoh, melainkan untuk menunjukkan dalil atau pembenaran dari apa yang kita tulis.

Serangkaian masalah di atas harus diatasi. Setiap penulis memiliki cara tersendiri untuk menyelesaikan segala persoalan itu. Bisa jadi satu cara berhasil bagi Anda, tapi tidak untuk yang lain. Terlebih jika melihat kondisi psikologi penulis ketika masalah itu datang.

Jika Anda sudah berusaha menyelesaikannya tapi tak kunjung berhasil, Eja Bahasa menyediakan layanan kelas menulis. Anda bisa belajar secaa privat, juga berkelompok. Kumpulkan teman minimal 3 orang, kami akan membantu untuk menghasilkan buku yang Anda impikan. Silakan kontak kami.

 

Rezeki dan Siasat Penulis Lepas atau Freelance Writer

Rezeki dan Siasat Penulis Lepas atau Freelance Writer

Salah satu tim Eja Bahasa diwawancarai oleh QM Financial (www.qmfinancial.com). Ialah Fairuzul Mumtaz. Kepada pembaca, ia memaparkan tentang rezeki seorang freelancer dan mensiasati keuangannya.

Nah, mari kita simak hasil wawancara yang dilakukan dan ditulis oleh Fransisca Emi.

 

Jangan Khawatir, Rezeki Sudah Ada Yang Mengatur

“Jangan khawatir, rezeki sudah ada yang mengatur”

Inilah jawaban yang saya dapatkan saat mengajukan pertanyaan seputar pengelolaan keuangan freelancer kepada Fairuzul Mumtaz, seorang konsultan buku lepas yang saat ini berdomisli di Yogyakarta. Meski freelancer identik dengan job yang tidak pasti – kadang ramai, kadang sepi – Fairuz tak pernah khawatir sepi order. Fairuz mengaku tak pernah kekurangan job. Pekerjaan selalu ada, tinggal kita malas atau tidak mengerjakannya.

Mengkhawatirkan ada tidaknya order besok, itu artinya menghina Tuhan, begitu katanya. Meski tak khawatir akan datangnya order, Fairuz mengaku khawatir akan pengelolaan keuangan keluarganya, tentang bagaimana sebaiknya menabung dan berinvestasi untuk masa depan.

Apakah kamu punya kekhawatiran yang sama?

Ada banyak jalan rezeki. Ada yang memilih bekerja sebagai wirausahawan atau karyawan. Ada pula yang yang memilih menjadi freelancer seperti Fairuz. Sebagai seorang freelance konsultan buku, sehari-harinya Fairuz bekerja di garasi rumah yang ia sulap menjadi kantornya.

Fairuz menyediakan jasa end to end pengerjaan buku. Mulai dari menulis naskah, proof readingeditingdesain & layouting, perijinan (ISBN) hingga mengurus ke percetakan. Fairuz juga masih menyediakan waktu untuk mengajar teknik-teknik penulisan kepada mereka yang tertarik belajar. Semua dilakukannya di garasi rumahnya di daerah Bantul,Yogyakarta.

Prinsip Fairuz, seorang buruh harus punya banyak bos. Itulah yang membuat pekerjaan selalu mengalir kepadanya. ‘Bos-bos’ ini didapatkannya dari hasil membangun jaringan. Menjalani pekerjaan freelancer sejak 2008, Fairuz sudah membangun jaringan penulis dan penerbit sejak masih berstatus sebagai mahasiswa sebuah perguruan tinggi swasta di Yogyakarta. Setelah lulus, ia sempat mengelola Radio Buku, sebuah radio tentang dunia literasi berbasis internet. Pekerjaan ini memperluas jaringannya di luar Jogja, terutama Jakarta. Jaringannya juga diperkuat oleh sang istri, Tikah Kumala, yang sebelumnya bekerja sebagai editor sebuah penerbit di kota yang sama.

Dalam mengelola keuangan keluarganya, Fairuz menganut manajemen keuangan Lillahi ta’ala, artinya kurang lebih ikut kehendak Gusti Allah. Fairuz percaya, selama kita giat, pekerjaan atau rezeki akan selalu ada. Tapi pekerjaan rumahnya adalah apakah kita mengelola rezeki dengan benar? Apakah bisa menabung atau berinvestasi untuk masa depan?

Selama ini, Fairuz sudah membuat rekening terpisah untuk keperluan masa depannya. Honor yang cukup besar ditransfer ke rekening ini. Sayangnya, beberapa kali rekening ini terpaksa dijebol saat terjadi keadaan darurat atau untuk memenuhi biaya sosial yang tinggi.

Meski mengaku bidang literasi seperti yang digelutinya selama 10 tahun terakhir ini adalah salah satu passion-nya, Fairuz menganggap freelance bukan pekerjaan selamanya. Tidak menutup kemungkinan untuk menjadi pekerja kantoran jika ada kesempatan untuk mengekspresikan bakat kreatifnya. Mungkin saja saat menjadi karyawan, biaya sosial bisa lebih rendah karena waktu luang yang terbatas sehingga tidak sempat terlalu banyak berkomunitas. Lagipula, seorang karyawan lebih mudah mendapatkan persetujuan kredit (terutama KPR) dibandingkan freelancer kan?

Rezeki memang sudah ada yang mengatur. Namun, kitalah yang harus belajar mengelola rezeki yang sudah kita terima untuk kebutuhan masa kini dan masa depan. Sebagai langkah awal agar rekening untuk keperluan masa depannya tak lagi dijebol, Fairuz perlu membuat Dana Darurat.

 

Fransisca Emi

Sumber: https://www.qmfinancial.com/2018/07/jangan-khawatir-rezeki-sudah-ada-yang-mengatur/